Genosida Di Papua : Apa Perang Jumlah Orang Papua
Ist: Kejahatan Genosaida Papua |
Opini PROPAPUA.COM "Jumlah Orang Asli Papua makin berkurang. Pertanda musnah seperti Indian di Amerika"?
Masyarakat Papua menginginkan keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan konflik Papua. Makin hari, rakyat Papua jauh termarjinalisasi. Selain tak menikmati kekayaan yang kami punya, kami juga terancam punah di negeri kami.
Populasi penduduk asli kian menyusut, sementara di sisi lain, pendatang terus membanjiri Papua. Hari ini jumlah penduduk asli Papua dibanding pendatang sangat jauh. Tak ada data pasti soal itu, tapi kami menduga ada suatu kebijakan sistematis dan didorong untuk marjinalisasi serta pemusnahan masyarakat Papua.
Pemekaran kabupaten/kota di Papua dan Papua Barat, terkesan liar dan miskin prosedur administrasi. Sehingga disini perlu ada sensus untuk mengetahui jumlah penduduk asli Papua. Tujuannya untuk membuktikan berapa jumlah yang sebenarnya.
Pemekaran yang tidak melalui mekanisme dan syarat-syarat pemerintahan seperti luas wilayah, jumlah penduduk, sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya alam (SDA), sangat merugikan orang Papua. “Pemekaran itu merupakan bagian dari operasi militer, operasi transmigrasi, politik pecah belah orang asli.
Total jumlah penduduk Papua saat ini sebanyak 3.600.000 jiwa, terbagi menjadi Orang Asli Papua 1.700.000 jiwa, dan pendatang 1.980.000 jiwa. Teransmigrasi banyaknya daerah yang dimekarkan di Papua, dituding menjadi fator pemicu membludaknya jumlah migran yang masuk ke bumi cenderawasih.
PJs Gubernur Papua Tengah untuk melakukan pembatasan terhadap jumlah pendatang. Bila semakin banyak pendatang ke Papua, tentu akan mengancam jumlah populasi Orang Asli Papua. Karena itu, sebelum terjadi, ia meminta PJs Gubernur Papua Tengah mensahkan peraturan pembatasan angka pendatang. Bila BPS mengatakan jumlah penduduk Papua mencapai 4 juta jiwa, itu juga perlu dirinci secara detail, khususnya berapa jumlah orang asli dari tahun ke tahun, sehingga dengan demikian diketahui berapa jumlah penduduk asli Papua saat ini.
Memang tidak dipungkiri, pertambahan kelahiran Orang Asli Papua dibandingkan non Papua, tidak seimbang. Bila dalam 1 tahun orang Papua bisa melahirkan 1 atau 2 anak dalam sebuah keluarga, berbeda halnya dengan pendatang yang mampu melahirkan lebih dari 1 atau 3 anak dalam satu keluarga.
Pertambahan jumlah non Papua dapat melalui jalur laut, udara dan angka kelahiran. Bila tidak dibatasi, maka orang Papua akan tersisih suatu saat. Contoh: Nabire Ibu Kota Papua Tengah Daerah yang memiliki jumlah penduduk non Papua terbesar, salah satunya yakni Nabire. Wilayah transmigrasi tersebut kota Majemuk yang dijuluki sebagai ‘Indonesia Mini.
Daerah yang juga dibanjiri pendatang adalah Kabupaten Nabire. “Daerah Nabire dari segi pendidikan, kesejahteraan, ekonomi dan kesejahteraan sangat terlantar. Sebagian besar orang Yerisiam dan Wate itu sudah tidak punya tanah. (Perkebunan) kelapa sawit melakukan penipuan dari (pengambilalihan) 5.000 hektar menjadi 50 ribu hektar.
Berdasarkan data BPJS Ibu kota Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah tahun lalu, dari 145.101 jiwa jiwa penduduk Nabire, nyaris 60 persen dihuni oleh penduduk non-Papua. Persentasi Orang Asli Papua turun drastis dari hampir 100 persen pada tahun 1963, menjadi 40 persen pada tahun 2017- 2021.
Komposisi penduduk ini merupakan hasil dari program transmigrasi resmi Pemerintah, pembukaan lahan kelapa sawit, migrasi spontan terkait dengan kegiatan ekonomi dan pemekaran, serta migrasi para pegawai dan pejabat pemerintahan setelah Nabire menjadi Provinsi Papua Tengah. Namun, situasi ini mengakibatkan perang Horizontal menciptakan sekenario, mengadu doma sesama Orang Asli Papua atas menguasai kandungan SDA terbesar di Papua Tengah. Orang Asli Papua, Tidak ada harpan masa depan: Tanah dijual kepada Pemerintah untuk membangun Gedung Negara, banyak masyarakat asli korban, karena merasa tidak lagi memiliki tanah adat. Roda Ekonomi dikuasai Orang Amber dstrnya.....!
Refleksi Yunus Gobai Penulis Adalah Anak Asli Papua Yang Tinggal Di Papua
Posting Komentar