Mama-mama OAP Pedagang Merauke mengkritisi Kajian Pemerintah Terkait Lokasi di Pasar Blorep Mopah Baru Kota Merauke
Mama-mama OAP Pedagang Merauke mengkritisi Kajian Pemerintah Terkait Lokasi di Pasar Blorep Mopah Baru Kota Merauke |
Merauke, PROPAPUA.COM - Siaran Pers Ikatan Pedagang Pasar Mama-mama Asli Papua “Mengkritisi Kajian Pemerintah Merauke tentang Lokasi Pasar Blorep yang dianggap Absurb karena tidak menjawab Persoalan dan tantangan Mama-mama saat ini”
Hal itu beritahukan kepada jurnalis media ini pada hari Sabtu, 14/11/023, Ikatan Pedagang Pasar Mama-mama Asli Papua melangsungkan Konferensi Pers yang bertempat di Mopah Baru, kota Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Konferensi pers dilakukan pada hari Sabtu 11 Nopember 2023 Ikatan Pegang Pasar Nama-nama Asli Papua berlangsungkan tempat di Mopah Baru, Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Dalam Konferensi pers yang dihadiri langsung oleh kurang lebih 130 Mama-mama Asli Papua ini, guna mengkritisi pernyataan Bupati Merauke Romanus Mbraka dalam beberapa Media Online. Seperti yang dikutip dari sumber resmi Kabupaten Merauke https://portal.merauke.go.id/news/6944/pembangunan-pasar-blorep-merauke-ditolak-ini-respons-bupati-mbaraka.html. Bupati Romanus mengatakan bahwa, mama-mama tidak berpikir panjang dan kebijakan Pembangunan Pasar oleh Pemerintah Kab. Merauke sudah tepat dan strategis berdasarkan kajian. Dengan demikian melihat pernyataan dan sikap Bupati tersebut, mama-mama Pedagang Asli Papua justru balik mengritisi kajian tersebut karena dianggap sangat kontroversial.
Teddy Wakum dari LBH Papua Pos Merauke yang mendampinggi mama-mama saat Konferensi Pers mengatakan bahwa, mama-mama Papua sering megeluh dan bercerita bahwa, aktifitas jualan dipasar yang ada ditengah kota saja seperti Pasar Wamanggu dan Mopah Baru belum tentu jualan mereka (mama-mama) laku terjual.
“Mama-mama sering mengeluh bahwa mereka saat ini bersaing dengan pedagang yang bermodal besar dengan menggunakan Motor dan Mobil untuk berjualan langsung ke kompleks atau rumah-rumah warga, apalagi yang dijual adalah mirip dengan yang mama-mama jual, maka secara otomatis jualan mama-mama pasti tidak akan laku di Pasar. Nah dari sini kita sudah bisa ukur” pungkasnya.
“Apalagi kalau mama-mama dipindahkan ke pasar yang ada di pinggiran kota dan tidak ada aktifitas angkot ke area itu, serta masalah keamanan, ini merupakan kebijakan yang tidak tepat”. Menurutnya, mama-mama berpikirnya sederhana, mereka hanya ingin jualan mereka habis terjual.
Kritikan lain datang dari Mama Uli, beliau merupakan salah satu dari beberapa mama-mama yang telah habiskan waktu puluhan Tahun berjualan dan masih aktif berjualan di pasar Wamanggu hingga saat ini, beliau sangat mengerti dan merasakan kondisi mama-mama selama puluhan tahun. beliau mengemukakan bahwa kajian pemerintah daerah tersebut sangat keliru, melenceng dan malah tidak menjawab kebutuhan utama mama-mama pedagang Asli Papua.”
Pembangunan Pasar mama-mama Asli Papua di Blorep merupakan kebijakan yang salah dan tidak tepat sasaran. sejak tahun 2000an kami berjualan dan meminta pasar khusus, tapi tidak pernah ditanggapi atau dijawab dengan benar. “ Seharusnya kita ini biacara kepada siapa ? ke Bupatikah atau ke Presiden ?” Menurutnya, pasar yang sekarang di tengah kota, belum tentu dekat dengan mama-mama dari wilayah Mbuti, Payum, Gudang Arang, Mopah Lama, pungkasnya. Mama Uli menyarankan kepada Bupati untuk Pasar mama-mama Papua harus dibelakang SMP Negeri II atau yang sekarang menjadi terminal HILUX. Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa Pemrintah Kabupaten Merauke sebelumnya telah membangun Pasar dengan lokasi dibelakang SMP Negeri 2 yang merupakan bantuan dari Kementerian Perdagangan .
Sumber https://papua.tribunnews.com/2023/09/08/tahun-depan-pasar-mama-mama-papua-di-merauke-akan-beroperasi
https://www.radarmerauke.co/koperasi-mama-mama-papua-dibentuk-untuk-kelola-pasar/
Margaretah Kaize seorang aktivis perempuan Papua yang merupakan perwakilan mama-mama Imbuti, mengatakan bahwa, Pemerintah Kab. Merauke harus mangambil langkah bijak dengan memberikan Pasar yang berlokasi dibelakang SMP Negeri 2 kepada mama-mama Papua, bukan di Blorep, supaya mama-mama dari Pantai Ombuti, pantai Payum dan Yobar kampung aksesnya terjangkau. karena fakta hari ini adalah tidak ada akses transportasi ke tiga wilayah tersebut, apalagi pasar mau dibangun di Blorep yang jauh dan dipinggiran kota” yang pasti adalah mama-mama akan rugi” pungkasnya
Pandangan lain datang dari Milka Balagaize, seorang aktivis perempuan yang dengan tegas menolak pembangunan pasar mama-mama asli papua yang berlokasi blorep, karena menurutnya tidak tepat sasaran, Milka berpendapat bahwa yang tepat adalah pasar Mopah Baru atau di terminal Hilux. Milka kemudian membandingkan Perbedaan kebijakan Pemerintah Kabupaten Merauke dengan Kab Mappi dan Asmat. “Bapak bupati kabupaten Merauke, kalau kab.Mappi dan kab.Asmat bisa bangun pasar khusus untuk mama-mama asli Papua didaerahnya masing-masing, kenapa kami di kabupaten tua/induk Merauke ini, bapak Bupati tidak bisa menjawab permintaan pasar khusus mama-mama asli papua yang sesuai dengan keingan hati mama-mama asli Papua dan ditempat yang strategis ?”.
Milka menambahkan “Adakah rasa keprihatinan dari bapak Bupati Merauke kepada kami, adakah rasa bertanggungjawab di pundak bapak sebagai pemimpin di daerah ini. Adakah rasa kepedulian itu untuk mama-mama asli papua? pungkasnya.
Dalam Konferensi Pers tersebut mama-mama kemudian menyatakan dan menuntut kepada Pemerintah Kabupaten Merauke untuk :
1. Menolak dengan tegas penempatan lokasi Pasar Mama-mama Asli Papua yang berlokasi di Blorep
2. Bahwa lokasi pembangunan Pasar Mama-Mama Asli Papua harus dipusatkan di belakang SMP Negeri 2 Merauke yang mana hari ini dijadikan Terminal Hilux.
3. Menyatakan bahwa kajian pemerintah daerah tentang penempatan Lokasi Pasar mama-mama di Blorep sanggat janggal dan tidak menjawab persoalan mama-mama Papua hari ini.
Nara Hubung
Teddy Wakum ( LBH Papua Pos Merauke ) 082242450431
Emanuel H. Boga
Posting Komentar