Teknik Geologi USTJ menggelar Praktek Palentologi, Motode Geologi Lapangan dan Geologi Struktur
Teknik Geologi USTJ menggelar Praktek Palentologi, Motode Geologi Lapangan dan Geologi Struktur |
Jayapura, PROPAPUA.COM - USTJ Universitas Sains dan Teknologi Jayapura khususnya Teknik Geologi melakukan praktek Palentologi tetapi satu paket dengan Geologi Struktur, dan Motode Geologi Lapangan.
Praktek Palentologi tetapi kaitan dengan tiga dua Mata kuliah lagi oleh sebab itu, praktek dilakukan di Daerah Jayapura khususnya di Koya Koso dan sekitarnya pada hari Sabtu,(04/11/2023)
- Palentologi, Palentologi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kehidupan yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainya serta lingkungan hidupnya selama umur bumi atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil.
Deformasi menyebabkan batuan berubah dari posisi dan bentuk awal ketika terbentuk, dalam bentuk : kekar, patahan dan lipatan.
Kekar (joint) adalah retakan pada tubuh batuandan umumnya bersifat terbuka (open fracture) yang mampu melewatkan fluida (permeable).
Patahan (fault) adalah retakan yang telah bergeser, dimana dalam proses pergeserannya akan melepaskan energi kinetik sebagai gempa bumi. Sebagaimana kekar, patahan juga bersifat permeabel.
Lipatan (fold) adalah tubuh batuan yang melengkung (bending/buckling). Ketika melengkung, tubuh batuan dapat retak dan 42402865Motode Geologi Lapangan
Bagi seorang geolog "lapangan" merupakan tempat dimana batuan atau tanah dapat diamati sedangkan Metode Geologi Lapangan (field geology method) merupakan cara-cara yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur dan sifat batuan yang ada pada suatu lapangan atau singkapan. Metode Geologi Lapangan merupakan kajian dasar yang utama untuk memperoleh pengetahuan geologi. Metode ini dapat dilakukan dengan cara yang sederhana misalnya dengan mengunjungi singkapan atau tempat-tempat pengupasan batuan (quarry), membuat catatan-catatan dan sketsa tentang hubungan antar batuannya dan mengumpulkan contoh batuan (sempel), sampai kepada cara yang memerlukan teknik lebih tinggi dan waktu yang cukup lama.
Pada hakikatnya, Metode Geologi Lapangan memiliki beberaa tahapan yang terdiri dari persiapan peralatan dan perencanaan pemetaan, pelaksanaan lapangan dan penafsiran sementara. Tahapan-tahapan ini akan sangat mempengaruhi hasil dari observasi lapangan geologi yang dilakukan.
Tahapan persiapan lapangan memuat persiapan alat dan bahan yang akan dibawa ke lapangan. Pada tahapan ini, seorang geologi harus mengetahui kondisi lapangan baik secara langsung (survey awal) maupun tidak langung (penginderaan jauh) yang berguna untuk mengetahui alat dan bahan yang harus di bawa. Seorang geologi juga harus dapat memprediksi waktu saat dilapangan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
Tahapan pelaksanaan lapangan merupakan tahapan inti dari pengambilan data di lapangan. Tahapan ini berisikan pencatatan terhadap fakta-fakta yang ada di lapangan dengan pengamatan (observasi) dan pengukuran. Pemerian (deskripsi) tentang tektur batuan, pengukuran kedudukan lapisan, hubungan antara dua tubuh batuan, merupakan contoh dari hasil pengamatan langsung.
Tahapan penafsiran merupakan tahapan untuk menafsirkan hasil pengambilan data. Penafsiran ini ditujukan untuk mengetahui kondisi geologi pada masa lalu dengan bantuan data yang didapatkan. Penafsiran ini sangat bergantung pada teori dan pengalaman seorang geologi. Karena ketergantungan tersebut, penafsiran setiap orang akan berbeda. Selain itu juga data yang didapatkan akan mempengaruhi penafsiran.
Dalam kesempatan itu, Dosen Teknik Geologi USTJ atau Dosen Mata kuliah Palentologi Silvester V. Kudiai menjelaskan bahwa, Lava Bantal atau Viro bantal itu hasilkan dari di bawah laut oleh karena itu, sebagai bukti kita jumpai ada Batuan Rijang, lempung dan olivin, semuanya terbentuk terjadi di bawah laut dari tekanan suhu yang tinggi 1200 selcius magma membeku menhasil seperti tadi itu, maka dua stasiun Abe Pantai dan Tanah Hitam ini menceritakan bahwa, dahulu kala aktivitas Tektonik lempeng menghadirkan gunung berapi di bawah laut maka dari itu kita simpulkan bahwa, di Jayapura dahulu kala terjadi gunung berapi contohnya seperti kita pengamatan stasiun ini ada ada Lava Bantal di Abe Pantai. ujar Silvester
"Ia lanjut, membuktikan bahwa, dahulu kala terjadi gunung berapi ada di Jayapura cuma bentuk itu ada di bawah laut dan hari ini kita jumpai Geosite - sebuah situs atau tempat yang diidentifikasi untuk pengembangan ilmu kebumian ataupun sebagai daya tarik wisata. Geopark - wilayah geologi terpadu yang dikembangkan untuk konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan.
Maka dari itu, punya hubungan dengan praktikum Palentologi yaitu bicara tentang Fosil. Mengapa kita mempelajari Fosil, karena dengan ada fosil kita bisa mengetahui The Present is The Key to The Past Untuk melihat apa yang terjadi di masa lalu, pelajarilah masa kini.
Dan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, bercerminlah pada sejarah masa lalu. Oleh sebab itu, dahulu seperti apa daerah ini, umur batuan itu berapa dan umur Fosil ini berapa? Maka kita simpulkan bahwa, daerah Kota Jayapura ini ada sejak beberapa tahun lalu dari situlah kelebihan ilmu geologi untuk membongkar sejarah masa lalu". Bebernya Sirvester
"Ia lanjut Kondisi atau Tektonik lempeng yang tinggi ini, maka kota Jayapura hati-hati dalam pengembangan tata kota Wilayah mengapa hati-hati karena banyak Struktur Geologi yaitu: Sesar atau patahan, Kekar, atau Retakan, lipatan dan lainnya. Mengapa muncul lava bantal karena Kota Jayapura ini daerah pertemuan Tektonik lempeng Samudra Pasifik dan samudra Australia atau busur kepulauan Papua yang merupakan bagian dari lempeng Samudra Benua Australia maka pada saat tumbukan terjadi antara dua Tektonik lempeng ini, banyak retakan maka yang terbentuk Wilayah Jayapura. Maka retakan itu yang menjadi di sisip atau terobos dari dapur magma di bawah laut. Maka kehadiran magma terobosan itu, menghadirkan gunung-gunung berapi di bawah laut itu menunjukkan bahwa, maka kehadiran lava bantal di Abe Pantai". Ujar Silvester
"Ia lanjut, jadi kalau tidak ada pertemuan Tektonik lempeng, atau batas tektonik lempeng tidak mungkin terjadi di Abe Pantai oleh sebab itu, hal itu membuat dua batas tektonik lempeng ini ada di bawah laut Pasifik jadi kita simpulkan bahwa, daerah Pasifik Kota Jayapura, Kota Biak, Kota Waropen, dan Serui daerah-daerah tersebut adalah mitigasi Bencana yang tinggi karena potensi Tsunami, Gempa bumi, maka semuanya direkam ada di batuan-batuan Kota Jayapura. Oleh karena itu saya tegaskan bahwa, studi Geologi harus melekatkan pada:
kegiatan AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang perlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggara Usaha dan/atau Kegiatan.
Perencanaan Pembangunan
perencanaan pembangunan terdiri atas empat tahapan, yaitu
(1) penyusunan rencana,
(2) penetapan rencana,
(3) pengendalian pelaksanaan rencana,
(4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Oleh karena itu, harus andalkan ilmu geologi karena analisis apa yang terjadi daerah tersebut itu. Mengapa saya katakan demikian karena daerah ini sudah terstruktur atau terkontrol oleh Struktur Geologi sesar/ patahan Kekar/rekahan karena apa? karena Kota Jayapura ini banyak ratusan ribu orang yang tinggal kota Jayapura. Kalau tidak ada edukasi atau tidak ada dasar ilmu Geologi kemudian ada bencana atau Tsunami dan Gempa kita tidak ada antisipasi untuk hal itu, oleh karena itu, Ilmu Geologi sangat penting dan zona daerah mana yang aman harus pembangunan disini pembangunan seperti Pemukiman, perkantoran, dan lainnya sebagai untuk tempat tinggal ratusan ribu orang yang ada di kota Jayapura informasi itu kita rekomendasikan kepada Pemerintah supaya pertimbangkan untuk pembangunan. Kalau selama ini orang Geologi tidak di libatkan berarti tunggu Tsunami, Bencana dan Gempa akan datang beberapa orang yang korbankan hanya Tuhan yang menolong kita semua". Pungkasnya Kudiai
Emanuel H. Boga
Posting Komentar